Norwegia, meskipun bukan anggota Uni Eropa (UE), telah lama terlibat dalam hubungan dekat dengan blok tersebut melalui keanggotaannya slot via qris di Area Ekonomi Eropa (EEA). Namun, belakangan ini, perdebatan mengenai kemungkinan keanggotaan UE kembali mencuat, dipicu oleh berbagai faktor politik dan ekonomi.
Pada Februari 2025, pemerintah koalisi Norwegia runtuh akibat perselisihan mengenai kebijakan energi UE. Perdana Menteri Jonas Gahr Støre berusaha menerapkan tiga direktif energi UE, yang ditentang oleh Partai Tengah (Centre Party), mitra koalisi yang pro-petani. Konflik ini menyebabkan Partai Tengah keluar dari pemerintah, meninggalkan Partai Buruh (Labour Party) untuk memerintah sebagai pemerintahan minoritas hingga pemilu yang dijadwalkan pada September 2025.
Selain itu, kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dan ketidakpastian hubungan transatlantik menambah kompleksitas situasi. Norwegia khawatir bahwa kebijakan Trump dapat mempengaruhi hubungan perdagangan dan keamanan, mendorong beberapa kalangan untuk mempertimbangkan kembali posisi Norwegia terkait UE.
Pada November 2024, bertepatan dengan peringatan 30 tahun referendum penolakan keanggotaan UE pada 1994, jajak pendapat menunjukkan bahwa 34,9% warga Norwegia mendukung keanggotaan UE, sementara 46,7% menentangnya. Meskipun ada peningkatan dukungan dibandingkan sebelumnya, mayoritas masih menolak keanggotaan. Pemerintah dan partai politik utama umumnya enggan membuka kembali debat mengenai keanggotaan UE, lebih memilih fokus pada hubungan yang ada melalui EEA.
Maria Varteressian, Sekretaris Negara Urusan Luar Negeri Norwegia, menyatakan bahwa kemungkinan referendum mengenai keanggotaan UE lebih besar dalam sepuluh tahun mendatang daripada dalam dua tahun ke depan. Ia menekankan pentingnya memperkuat kerja sama dengan UE melalui EEA dan menyoroti bahwa prioritas utama adalah menjaga hubungan baik dengan negara-negara Eropa lainnya.
Selain isu energi dan kebijakan AS, faktor-faktor seperti keamanan regional dan kepentingan strategis juga mempengaruhi perdebatan ini. Ketertarikan Rusia dan China di wilayah Arktik menambah dimensi geopolitik baru, mempengaruhi pandangan Norwegia terhadap peran UE dalam menjaga stabilitas regional.
Dengan latar belakang tersebut, perdebatan mengenai keanggotaan UE di Norwegia mencerminkan dinamika politik dan ekonomi yang kompleks. Meskipun ada peningkatan minat dari sebagian warga, mayoritas masih mempertahankan posisi menolak. Pemerintah Norwegia saat ini lebih memilih memperkuat hubungan melalui EEA dan fokus pada isu-isu domestik serta keamanan regional. Bagaimanapun, perkembangan politik global dan perubahan kebijakan dapat mempengaruhi arah perdebatan ini di masa mendatang.